Selasa, 25 September 2012

JASAD FIRAUN

KAJIAN SAINS TENTANG JASAD FIR’AUN
Oleh : Prof. Dr. Maurice Bucaille
(Ahli Bedah dari Perancis)

Prof. Dr. Maurice Bucaile adalah ilmuwan ahli bedah kenamaan Perancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas paris. Dia dilahirkan di Pont-L ’Eveque, Perancis pada 19 Juli 1920. Bucaile memulai karirnya di bidang kedokteran pada tahun 1945 sebagai ahli gastroenterology. Lalu pada tahun 1973 Dia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh raja Faisal dari Arab Saudi, dikarenakan diagnosisnya yang sangat bagus dan memuaskan, banyak Presiden di Timur tengah juga menjadi Pasienya. Perjumpaan Prof. Dr. Maurice Bucaile dengan Islam secara mendalam berawal dari penelitianya tentang mumi fir’aun di Mesir. Penelitian ini kemudian meembawanya pada keyakinan terhadap kebenara Al-Qur’an.

Kisahnya ini berawal di pertengahan tahun 1975 ketika pemerintah Perancis ingin menggalang kerja sama dengan pemeritahan mesir dalam hal penelitian. Negara tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun, setelah mendapat restu dari pemerintahan Mesir, mumi fir’aun dibawa ke Perancis untuk diteliti. Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di pusat purbakala Perancis yang selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengungkap rahasia dibalik keawetan mumi tersebut oleh para ilmuwan dan para pakar dokter bedah dan autopsi terkemuka, diantaranya adalah Prof. Dr. Maurice Bucaile yang menjabat Pimpinan ahli bedah dan penanggung jawab utama dalam penelitian mumi tersebut.

Setelah dilakukan penelitian, tenyata hasilnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pad tubuh sang mumi ada;ah bukti terbesar bahwa Fir’aun telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari Laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam benak sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa  lebih baik dari yang lain, padahal dikeluarkan dari laut ?

Prof.Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat fir’aun dari laut dan pengawetanya. Laporan ini akhirnya diterbitkan dengan judul Mumi Fir’aun : sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les Momies des Pharaons et La midecene. Terkait dengan laporan akhirnya salah seorang rekan nya membisikkan sesuatu ditelinganya seraya berkata “janga tergesa-gesa member kesimpulan karena seungguhnya kau Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya Fir’aun sejak lama.” Awalnay Bucaile tidak percaya, karena menurutnya penemuan ini tidak akan diperoleh kecuali dengan perkembangan ilmu modern dan melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.

Hingga salah seorang diantara mereka berkata bahwa al-qur’an yang diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Fir’aun dan kemudian diselamatkan mayatnya.” Ujar temanya.

Ungkapan itu makin membingungkan Bucaile. Lalu dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi? Mumi baru ditemukan sekitar tahun 1898 M sementara Al-Qur’an telah ada ribuan tahun sebelumnya. Dia duduk semalaman di dekat mumi Fir’aun dan terus memikirkan ucapan rekanya yaitu al-qur’an –kitab suci umat Islam- telah membicarakan kisah Fir’aun yang jasadnya diselamatkan sejak ribuan tahun lalu. Sementara itu, kitab suci agama lain hanya membicarakan tenggelamnya Fir’aun ketika mengejar Musa dan tidak membicarakan tentang mayat Fir’aun. Bucaille makin bingung, dan bertanya-tanya Apakah mumi di depanku ini benar-benar mayat fir’aun yang mengejar Musa ?

Prof. Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta Kitab Taurat (Perjanjian lama) dan membandingkanya dengan Injil, ternyata hasilnya sama, tidak ada yang membicarakan tentang jasad Fir’aun. Karena itu, dia semakin bingung.

 Setelah penelitian usai Perancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir, tidak ada keputusan yang menggembirakan. Tidak ada pikiran yang tenang semenjak dia mendapatkan kanar dari rekanya tersebut. Dari sinilah dia memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan autopsi dari kaum Muslimin, dia bertanya tentang kehidupan nabi Musa, perbuatan ang dilakukan Fir’aun, dan pengejaranya terhadap Nabi Musa hingga Fir’aun tenggelam dan diselamatkan. Kemudian salah satu Ilmuwan muslim berdiri seraya membuka kitab suci Al-Qur’an  dan membacakan firman Allah yang artinya “maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang ang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami ” (QS. Yunus:92)

Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Dia mengatakan bahwa ayat ini masuk akal dan  mendorong Sains untuk maju, hatinya bergetar dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya berseru dengan lantang “Sungguh akumasuk Islam dan aku beriman dengan Al-Qur’an ini.” Dia kembali ke Perancis dengan wajah baru yang sangat berbeda dengan wajah pada saat ia berangkat dulu. Sejak memeluk Islam dia menghabiskan waktunya untuk meniliti tingkat kesesuaian hakikat Ilmiah dan penemuan-penemuan Modern dengan Al-Qur’an, serta mencari pertentangan ilmiah yang dibicarakan Al-Qur’an.

Semua hasil penelitian tersebut dibukukan dengan judul Bibel, al-qur’an dan ilmu pengetahuan modern, judul asli dalam bahasa Perancisnya  La Bible, le Coran et La Science.  Buku yang diliris tahun 1976 ini menjadi best seller internasional di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hamper semua bahasa utama umat Muslim dunia.

Karyanya ini menerangkan bahwa Al-Qur’an sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, sedangkan al-kitab tidak demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang dia anggap tidak konsisten dan penurunuanya diragukan.

Referensi :

Buku “Mereka yang akhirnya menemukan Allah ” hal 19-25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar